Senin, 19 Oktober 2015

Sedekah Warung Ikhlas

Adalah dua sahabat yang melakukan hal sederhana tetapi bisa berjalan lama sejak tahun 2009 yaitu berbagi nasi bungkus. Berawal dari mimpi pada suatu malam, dibacakan Qs.Al Ma'un beribu-ribu kali,membuat Sonnie alias Agus Wicaksono menemukan kesadaran bahwa ternyata hidup ini harus bermanfaat bagi orang lain. Di dukung oleh sang istri, Agus Wicaksono mulai membagikan 60 bungkus nasi di sekitar tempat tinggaknya setiap hari.



Begitu juga dengan Habsari Budi Utami atau yang biasa disapa Ari melakukan hal yang sama membagikan 60 bungkus nasi setiap hari. Berawal ketika ia bertemu dengan Sonnie untuk mempelajari Al Qur'an, dari situ ia tergerak untuk memenuhi 60 bungkus seandainya memberi makan kepada orang miskin. Dan ini juga ia lakukan setiap hari.



Sebelum membagikan nasi bungkusnya, terlebih dulu mereka melakukan survey lokasi. Untuk menghindari orang yang sama setiap harinya dan tentu saja ada tidak warung di sekitar lokasi. Ini bertujuan agar tidak timbul kompetisi. Saling tolong-menolong dalam kehidupan, membantu mereka yang kurang mampu adalah hal baik dimata Tuhan termasuk memberi makan orang miskin terlebih jika didasari niat tulus dan hati yang ikhlas. Hal inilah yang diyakini oleh Mas Sonnie dan Mbak Ari yang setiap hari membagikan nasi bungkus di sekitar tempat tinggalnya.



Berawal dari kesamaan visi mereka untuk berbagi dan menjadikan hidup lebih bermanfaat, pada tahun 2012 terlahirlah ide untuk membuat "warung ikhlas" sebagai sarana untuk berbagi kebaikan untuk mereka yang membutuhkan. Awal tahun 2013, warung ikhlas resmi beroperasi di Kebayoran lama, Jakarta. Kegiatan warung sosial ini dikemas dengan sistem bisnis yang unik dan inspiratif. Mereka tidak menggratiskan nasi bungkusnya tetapi dengan membelinya dengan harga Rp.2000;00 per bungkusnya. Meski pun murah, makanan yang dibagikan dijamin berkualitas  dan sehat kepada pelanggannya.



Menurut keduanya, konsep bisnis ini bukan untuk mendapatkan keuntungan melainkan agar orang yang membeli nasi bungkus mereka juga bisa melakukan kebaikan. Karena hasil dari penjualan itu digunakan untuk biaya operasional dan menggaji karyawan mereka yang bekerja di warung ikhlas. Seiring perkembangannya, muncul warung ikhlas di lokasi lain seperti solo dan padang, sumatra barat. Ke depannya, harapan keduanya adalah makin banyak lagi orang yang mau berbagi dengan sesama dan konsisten menjalankannya.




Menurut Mas Sonnie, ketika kita berbuat baik, hati kita yang tadinya sempit akan terbuka. Ketika hati kita terbuka itulah, kasih sayang Tuhan masuk ke sana. Dan itu yang membuat perasaan kita menjadi bahagia, plong, lega bahkan kadang happy tanpa sebab. Dan itu juga yang membuatnya kecanduan dalam berbuat kebaikan. Sedangkan menutur Mbak Ari, motovasinya melakukan semua itu adalah karena kecintaan terhadap Indonesia. Dan dengan berbagi itulah ia merasa bisa menjadi warga negara yang baik dan lebih bermanfaat. Keduanya sepakat bahwa ketika terus melakukan kebaikan lewat berbagi nasi bungkus itu, apapun yang terjadi dalam kehidupan lebih membawa ke arah perasaan bahagia dalam keadaan apapun.



Berbuat baik juga harus profesional, tidak asal-asalan agar bisa mengajak orang lain untuk terlibat. Berbuat baiklah sesuai kesanggupan masing-masing karena pada dasarnya berbuat baik itu bukan menolong orang lain tapi menolong diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar